Assalamualaikum!
Sudah lama mau ngereview tempat makan ini. Berhubung ada aja keriweuhan, jadinya postingan ini tertunda cukup lama. Saya dan keluarga berkunjung ke De'Bubuy Ma Atik waktu menengok Kk Rasyad, anak kedua saya, yang mondok di Subang. Tepatnya tanggal 25 Agustus 2019 lalu. Duh, punten ya kalau kelamaan pisan...
Jadi ceritanya, Bapa lihat tayangan di televisi tentang tempat makan di Subang yaitu De'Bubuy Ma Atik. Keunikan kuliner yang disajikan di De'Bubuy Mak Atik ini cukup unik dan nampaknya belum ada tempat makan serupa yang menyajikan menu ini. Yaitu olahan ayam yang dimasak dengan cara dikubur dalam sekam. Jadi penasaran pengen nyobain.
Setelah menjemput Kk Rasyad di pesantren, kami pun googling mencari petunjuk jalan. Rupanya lokasi De'Bubuy Ma Atik adalah rumah sederhana di dalam gang pemukiman penduduk. Mobil tidak bisa masuk ke dalam (bisa sih cuma mepet aja sama bingung nanti mau parkir di mana). Jadi, kami menaruh mobil di pinggir jalan raya depan gang lalu berjalan kaki menuju lokasi.
Jalan kaki di tengah siang yang panas :D |
Sempet bingung takut kelewatan alias nyasar, akhirnya sampai juga di lokasi. Kalau cuma mengandalkan Google kayaknya nggak afdol. Bertanya dong sama penduduk setempat. Langsung deh diberi petunjuk ke jalan yang benar.
Gerbang dari kayu dengan tulisan D'Bubuy menyambut kami di halaman rumah. Begitu masuk, ada saung yang digunakan sebagai tempat makan di sebelah kiri dan kanan. Jika kedua saung sudah terisi, pengunjung bisa menikmati makanan di ruang tamu.
Saya lihat saung sebelah kanan sudah ditempati oleh rombongan tamu. Kami pun segera menempati saung di sebelah kiri. Terus, gimana? Kok nggak ada yang melayani? Apa lagi sibuk di dapur semua? Sebaiknya saya masuk saja ke dalam rumah untuk bertanya...
Tidak lama celingukan, muncul seorang pria dari dalam rumah untuk mengantar makanan di saung sebelah lalu datang menghampiri kami. Pesanan makanan pun dicatat. Waktunya bersantai di saung. Bapa, Kk Rasyad, dan Dd Irsyad menikmati cemilan yang dibawa sendiri sambil menanti bubuy hayam datang.
Gerbang D'Bubuy Ma Atik |
Saya lihat saung sebelah kanan sudah ditempati oleh rombongan tamu. Kami pun segera menempati saung di sebelah kiri. Terus, gimana? Kok nggak ada yang melayani? Apa lagi sibuk di dapur semua? Sebaiknya saya masuk saja ke dalam rumah untuk bertanya...
Selfie dulu ah sebelum makan |
Pintu depan rumah dilihat dari saung |
Tidak lama celingukan, muncul seorang pria dari dalam rumah untuk mengantar makanan di saung sebelah lalu datang menghampiri kami. Pesanan makanan pun dicatat. Waktunya bersantai di saung. Bapa, Kk Rasyad, dan Dd Irsyad menikmati cemilan yang dibawa sendiri sambil menanti bubuy hayam datang.
Makan cemilan dulu sambil nunggu bubuy hayam |
Belakangan, setelah berkenalan, saya baru tahu bahwa pria barusan adalah Kang Eeng. Juru masak De'Bubuy sekaligus pengelolanya. Beliau meneruskan resep warisan sang ibu, yang kerap disapa Ma Atik.
Uniknya Bubuy Hayam yang Dimasak dalam Sekam
Bosan menunggu, saya pun permisi masuk ke dapur untuk melihat langsung proses memasak bubuy hayam. Kang Eeng melayani tamu berdua saja dengan istrinya. Karyawannya sedang libur, jadi beliau cukup kerepotan. Di tengah kesibukan menyiapkan pesanan, saya pun mengobrol sejenak dengan Kang Eeng dan Ma Atik.Berjumpa dengan Ma Atik |
Menurut cerita Kang Eeng, dulu Ma Atiek berjualan bubuy ikan. Kemudian setelah pensiun, Kang Eeng mengembangkan resep ibunya dan dengan menggunakan bahan ayam. Resep bubuy ini diperoleh secara turun temurun dari orang tua Ma Atik. Tidak disangka, bubuy hayam atau bubuy ayam buatan Kang Eeng pun laris dan disukai pembeli.
Pemasaran bubuy ayam dilakukan dari mulut ke mulut mulai dari lingkungan terdekat sampai ke media sosial. Kepopuleran bubuy ayam buatan Kang Eeng kemudian diliput oleh beberapa stasiun televisi. Selanjutnya, usaha yang diberi nama D'Bubuy Mak Atik yang dirintis sejak tahun 2014 ini pun semakin dikenal masyarakat luas.
Bubuy ayam hampir mirip dengan pepes ayam. Bedanya pada cara memasaknya. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bubuy ayam dimasak dalam sekam selama 8 jam. Istilah 'bubuy' artinya dipendam, yaitu memasak dengan cara dipendam atau dikubur dalam sekam. Dulu masyarakat Subang suka ngebubuy umbi-umbian.
Suasana dapur tempat menyiapkan pesanan |
Bubuy ayam hampir mirip dengan pepes ayam. Bedanya pada cara memasaknya. Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, bubuy ayam dimasak dalam sekam selama 8 jam. Istilah 'bubuy' artinya dipendam, yaitu memasak dengan cara dipendam atau dikubur dalam sekam. Dulu masyarakat Subang suka ngebubuy umbi-umbian.
Bumbu untuk bubuy ayam mirip dengan pepes ayam. Yaitu bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, cabe merah, daun salam, sereh, daun bawang, kemangi. Semua bumbu ditumbuk lho, bukan diblender. Tujuannya agar tidak mengurangi rasa. Karena kalau diblender kan harus ditambahkan air atau minyak.
Usai menumbuk, bumbu ditumis agar aromanya keluar. Angkat, dinginkan. Tambahkan kocokan telur pada bumbu. Tambahkan daun kemangi dan daun bawang. Lalu ayam dilumuri dengan bumbu pada bagian luar dan bagian dalamnya. Jangan lupa daun kemangi dan daun bawang juga ikut dimasukkan ke dalam badan ayam. Tujuannya biar ayam jadi wangi luar dalam, ihiyy!
Selanjutnya, ayam dibungkus dengan daun pisang seperti membuat pepes. Satu lagi perbedaan bubuy hayam dan pepes ayam, yaitu jumlah daun pisang pada bubuy hayam lebih banyak. Karena dibubuy dalam waktu lama, pembungkus daun pisang harus lebih tebal supaya isian tidak bocor dan terkena sekam.
Proses memasak dengan cara dibubuy ini selain bikin bumbu jadi lebih meresap, makanan jadi lebih menyehatkan lho dibandingkan olahan ayam dengan cara masak lainnya. Pas banget buat yang pengen bergaya hidup sehat dan juga buat yang lagi diet.
Usai menumbuk, bumbu ditumis agar aromanya keluar. Angkat, dinginkan. Tambahkan kocokan telur pada bumbu. Tambahkan daun kemangi dan daun bawang. Lalu ayam dilumuri dengan bumbu pada bagian luar dan bagian dalamnya. Jangan lupa daun kemangi dan daun bawang juga ikut dimasukkan ke dalam badan ayam. Tujuannya biar ayam jadi wangi luar dalam, ihiyy!
Selanjutnya, ayam dibungkus dengan daun pisang seperti membuat pepes. Satu lagi perbedaan bubuy hayam dan pepes ayam, yaitu jumlah daun pisang pada bubuy hayam lebih banyak. Karena dibubuy dalam waktu lama, pembungkus daun pisang harus lebih tebal supaya isian tidak bocor dan terkena sekam.
Tempat memendam bubuy hayam |
Proses memasak dengan cara dibubuy ini selain bikin bumbu jadi lebih meresap, makanan jadi lebih menyehatkan lho dibandingkan olahan ayam dengan cara masak lainnya. Pas banget buat yang pengen bergaya hidup sehat dan juga buat yang lagi diet.
Kayak nemu harta karun di antara tumpukan sekam |
Sekam yang digunakan untuk mengubur ayam adalah dari gabah sisa panen padi dan serbuk kayu. Sekam sudah dijadikan abu terlebih dahulu agar panasnya bisa tersebar dengan merata. Wah, pakai sekam jadi memanfaatkan limbah yang ada jadi sesuatu yang lebih bermanfaat ya.
Sekam (foto: FB D'bubuy Ma Atik) |
Selanjutnya, kita amati Kang Eeng menyiapkan bubuy ayam yang sudah matang yuk...
Mengambil bubuy hayam dari tumpukan sekam |
Hati-hati, sekam itu awet menyimpan panas. Jadi, bubuy ayam juga masih terasa hangatnya seperti baru dikeluarkan dari pemanggang. Kang Eeng menggunakan sendok semen untuk mengambil bungkusan bubuy ayam. Alat yang sama juga digunakan untuk mengubur bubuy waktu dimasak. Lalu bungkusan bubuy ditaruh di atas nampan, daun pisang digunting dan dibuang bagian yang gosong.
Menggunting bungkus daun pisang |
Menikmati Bubuy Hayam Ma Atik
Ehh udah jadi ya Kang? Saya balik lagi ke saung ah. Mau makan bubuy ayam. Segera saya meluncur keluar dari dapur. Bubuy ayam disuguhkan kumplit dengan nasi putih, lalapan timun dan daun tespong, plus sambal dadakplus sambal tomat yang nikmat. Juga tahu tempe biar suasana makin rame. Mari makan bersama...Selamat menikmati bubuy hayam |
Aku tahu kalau kamu tempe :D |
Sambal tomat (foto: FB D'bubuy Ma Atik) |
Sebagai penyejuk tenggorokan untuk udara Subang di siang hari yang panas, kami pesan es teh manis yang nyegerin ini...
Es teh manis bikin seger |
Oia, tadi saya bilang ada daun tespong untuk lalapan. Daun tespong sepintas penampakannya mirip daun seledri. Tadinya saya kira sejenis daun kemangi. Setelah dicicipi, ada rasa mirip seperti daun pokpohan, seger-seger ala mint gitu.
Selamat makan! |
Bubuy ayam tampil dengan warna kuning yang cantik. Dagingnya benar-benar empuk. Kalau diambil, tulangnya sampai bisa langsung lepas. Di bagian dalam ayam ada daun-daunan yang sudah menyerap bumbu. Yaitu campuran daun kemangi dan daun bawang yang jumlahnya nggak pelit.
Ciluuk ba! Ada daun kemangi dan daun bawang di dalamnya. |
Bubuy ayam Ma Atik tidak memakai MSG dan pengawet. Proses memasak dengan cara dibubuy lama membuat lemak ayam berkurang. Wah, makanan sehat dan rendah lemak begini siapa sih yang nggak demen.
Kelihatan kan enaknya bubuy ayam ini :D |
Oia, bubuy ayam ini rasanya nggak pedas lho. Jadi pas banget dan cocok untuk dinikmati anak-anak. Si bungsu Dd Irsyad aja doyan. Porsi seekor ayam kampung bubuy hayam cukup untuk 4 sampai 5 orang. Malah bisa buat berenam untuk ukuran ibu-ibu yang rada ngirit makannya, hehe.
Dalam bungkus bubuy ayam ada satu ekor ayam kampung komplit dengan ceker dan hati plus ampelanya. Kalo ususnya nggak ada karena lain judul nantinya kalau pake usus :D Pakai kepala plus lehernya juga lho. Lengkap ya!
Satu porsi bubuy ayam yang bisa dinikmati beramai-ramai |
Buat kami berempat, dua orang dewasa dan dua anak, seporsi bubuy ayam ini lumayan banyak. Inget si sulung Aa Dilshad yang tidak ikut ke Subang, kami pun membungkus sisa bubuy ayam untuk dibawa pulang ke Bogor.
Bubuy Ayam Kuliner Legendaris Khas Subang
Bubuy ayam adalah kuliner legendaris khas Subang yang kini keberadaannya sudah jarang ditemui. Proses memasak lama dalam sekam bisa jadi adalah penyebabnya. Maklum sekarang jamannya orang-orang menyukai yang serba praktis. Sayang banget kalau kuliner ini sampai punah.
Menurut Ma Atik, bubuy ayam dulu disajikan untuk acara istimewa. Nah sekarang dengan adanya D'bubuy Ma Atik, kita bisa menikmati bubuy ayam legendaris kapan saja saat lagi kepengen.
Btw, saya baru tahu kalau mau makan di D'Bubuy ternyata harus pesan dulu sehari sebelumnya. Kang Eeng bilang, produksi bubuy ayam terbatas sampai 30 porsi saja setiap hari. Wah, saya beruntung banget pas datang masih kebagian stok bubuy ayam.
Pesanan bubuy ayam Ma Atik laris manis secara online. Saya melihat sendiri istri Kang Eeng sibuk membungkus bubuy ayam untuk pelanggan yang sudah memesan sebelumnya. Dikemas cantik dalam wadah besek bambu, bubuy ayam siap meluncur ke rumah pemesannya.
Menyiapkan bubuy ayam yang dibungkus |
Bubuy ayam yang dibawa pulang bisa awet selama 3 hari. Sebaiknya simpan di kulkas agar tidak mudah basi. Dihangatkan bisa dengan cara dikukus sebentar atau kalau saya sih ditaruh di atas nasi di magicom, hehe.
Bubuy ayam yang dikemas dalam besek bambu |
Mau dibawa pulang atau dimakan di tempat, bebas aja. Memang lebih banyak pembeli bubuy ayam yang dibungkus. Saya sendiri lebih suka menikmatinya langsung di D'bubuy Ma Atik. Suasananya itu lho. Makan di saung depan rumah Ma Atik. Berasa lagi bertamu di kampung lalu dapat suguhan istimewa. Mantap!
Satu porsi bubuy ayam harganya 130 ribu rupiah. Sepadan banget dengan bahan yang berkualitas dan proses pembuatannya yang cukup rumit. Sebelum pulang, saya numpang nampang berfoto bareng Ma Atik dan Kang Eeng...
Kang Eeng, Ma Atik, dan saya |
Akhir kata, saya mendoakan semoga sukses dan berkah untuk D'bubuy Ma Atik dalam melestarikan kuliner legendaris khas Subang agar semakin dikenal luas oleh masyarakat, aamiin.
Info lanjut untuk pemesanan bisa hubungi sosial media berikut:
D'bubuy Ma Atik
Alamat: Jl. Letjen Suprapto Gang Kenanga 2 RT 15/RW 04 Karanganyar Subang
Whatsapp: 082139318876
Instagram: @ma_atik
Twitter: @Dbubuy_MaAtik
Facebook: D'bubuy Ma Atik
Website: www.ma-atik.business.site
D'bubuy Ma Atik
Alamat: Jl. Letjen Suprapto Gang Kenanga 2 RT 15/RW 04 Karanganyar Subang
Whatsapp: 082139318876
Instagram: @ma_atik
Twitter: @Dbubuy_MaAtik
Facebook: D'bubuy Ma Atik
Website: www.ma-atik.business.site
Suka banget akutu sama konsep kuliner yg sangat tradisional begini. Citarasa asli dan khas. Apalagi bisa di pesen online, memudahkan pembeli banget. Es teh nya seger banget ya hihi
ReplyDeleteWaduuuh meuni kerasa sampai sini, Mbak Inna. Aku kok pengen buat ya, tapi mesti beda ya rasanya sama Kang Eeng yang udah ahli. Semoga semakin laris buat usahanya Kang Eeng. Berkah dan barokah.
ReplyDeleteIni kuliner legend bnget ya Maaakk
ReplyDeleteUenakk bgt bisa makan legendary culinary semacam ini
Yang di PonPes juga demen dong ya, kalo dioleh2in Bubuy Ayam
Mak nyusssss
Baru tahu nih ada pepes ayam.
ReplyDeleteAku biasanya makan pepes ikan patin yang dibakar pakai arang.
Menuliskan komentar ini saja, air liurku harus aku teguk, hihihi...
Layak dicoba ne :)
belum pernah aku cobain bubuy ayam sepert ini mba, biasanya pepes ayam, sama gak sih mba?
ReplyDeleterasanya mirip dengan pepes ayam. bedanya bubuy ayam lebih kering karena dipendam lama dalam sekam (kalo pepes lebih berair). bumbu pada bubuy ayam jg lebih menyerap dan dagingnya lebih empuk. ada aroma daun pisang yg terbakar juga pada bubuy ayam :)
DeleteAku nelen ludah dong baca ulasan bubuy ayamnya, mba. Pas banget lagi nunggu makan siang.
ReplyDeleteNgebayangin empuknya si ayam disekam 8 jam dan makan pakai nasi anget terus dicocol sambel pedesnya itu. Kalau ke Subang wajib mampir ini mah, dari pagi-pagi ya pas buka biar kebagian hahaha.
Waah kusuka makanan yang gak pelit bumbu, Mak.
ReplyDeleteSabar banget ya orang masak dalam sekam begini. Saya pengen ngerasain ... penasaran.
bubuy ayawm penampakan nya Masya Allah sedaaap .. aku kok langsung meringis denger ada Kemangi, ada cabe dan dibungkus serta dimasak dalam sekam
ReplyDeletejadi inget kayak bebek peking ala Tze Chuan itu yah, mamah Inna
ini tak catet baik baik alamatnya
Jadi penasaran banget sama rasanya, kebayang enaknya karena merode masaknya menggunakan sekam. Pan-kapan mau banget nyobain.
ReplyDeletebelum pernah nyobain ayam di pepes, selama ini cuma ikan. Haaaa keliatannya enak banget
ReplyDeleteOh ya bubuy ayamnya unik banget cara masak ya. Penasaran banget untuk nyoba langsung mba. Tempatnya juga berasa rumah banget :)
ReplyDeleteSaya sempat gak teliti bacanya. Kirain review tentang bubur ayam hihihi. Anak-anak saya suka banget dengan pepes. Kayaknya kalau bubuy hayam juga mereka bakal suka, ya. Sayang jauh, ya. Harus sekalian liburan nih kalau ke Subang
ReplyDeleteBaca ini lagi. Langsung pengen lagi. Enak banget itu kelihatannya :D
DeleteBeneran mirip sama pepes ayam ya penampakannya. Kalo makan ginian sama nasi panas udah susah brenti deh makannya :))
ReplyDeleteWahhh kayaknya nikmat nih mbak. Kulinernya unik banget dengan ciri khas tersendiri. Sayang banget kalau gak dicoba nih.
ReplyDeleteSalam kenal dari kami Travel Blogger Ibadah Mimpi
salam kenal kembali ^_^
DeleteAduh kak..kebayang lezat dan empuknya itu ayam... Aku kira Bubur Ayam tadi.. hehe trnyata emang Bubuy ya namanya....
ReplyDeletedianesuryaman dot com
Saya baru tahu Ada bubuy ayam. Biasanya bubuy hui atau sampeu. Alias ubi jalar Dan singkong.masaknya sama sih. Cuman mirip Pepes ya. Dipendam dlm sekam. Pastinya jadi meresap Bumbunya Dan empuk
ReplyDeleteAduh, liat fotonya langsung ngiler, kebayang lembut dan gurihnya bubuy ayam... Pantas ya sampai diliput sama televisi segala...
ReplyDeleteSambalnya... Cocol tahu Tempe doang udah endol banget. Kirain tadi bubur loh ini makanannya.
ReplyDeleteMbak, aku baru tahu bubuy..dan langsung bayangi pasti empuuuk banget tekstur aymnya dan meresap sekali bumbunya.
ReplyDeleteWah kuliner seperti ini mesti didatangi dan dibeli biar lestari.
Bininya mesti sabar tapi rasa jad cetar!!
Duh saya lapaaaar!! :D
Mba enak banget ya itu rasanya.. secara pengolahannya tradisional banget.. dan biasanya rasa tradisional memang lbih mantap
ReplyDeleteWuah aku laper lagi. Keren ini metodenya tradisional gak pakai oven modern ya mbak :D
ReplyDeleteOwalah kemarin ke Subang dalam rangka jenguk anak sekolah to :D
Dari namanya saja de Bubuy saya sudah tahu ini makanan yang dibubuy. Ya Allah jadi ingat masakan ibu saya. Beliau paling rajin buat bubuy apa saja.
ReplyDeleteUnik ya! Gak banyak kepikiran orang lain. Pasti unik dan enak rasa masakannya. Jadi ingat waktu kecil, bakar pisang yang dibungkus daun pisang dalam sekam. Enak banget!
ReplyDeleteLegendaris nih ya menu kulinernya, kebayang enaknya dan aromanya yang khas :D
ReplyDeleteRegards,
Dee Rahma
Ini kayak jaman dulu bnget akupun pernah makan pepes ikan yg dibubuy ini mba,, nikmat bngt mesti mampir ini sesekli kr resto ini ngajak ibuku pasti senang dia inget jaman dulu bngt
ReplyDeleteSabtu ini aku ada acara keluarga di Subang, cari ah ngiler lihatntya. Pepes ikannya cara masaknya dibubuy beda ya pasti rasanya juga beda punya aroma sendiri
ReplyDeleteSelama ini cuma taunya ayam bakar, ayam goreng doang, ternyata ada ayam yang bisa disekam yah, cara mengolahnya unik banget loh, kayaknya di Makassar belum ada yg kyk gini, mngkin jg mreka pikir masaknya lama. Tp aq penasaran banget pengen coba, ya Allah seandainya lokasinya dekat huhuhu
ReplyDeleteAku jg sangat apresiasi cara bungkusnya yang ramah lingkungan, smga sukses terus deh ��
makanan khas yaaaa. ini mah resep mamah banget. ayamnya keliatan banget empuk gitu
ReplyDeleteDari penampakannya, kelihatan banget bubuy hayam enak banget. Saya jadi penasaran nih. Cara masaknya itu lho, yang unik. Awet berapa lama ya bubuy hayam?
ReplyDeleteMirip sama pepes ayam ya Mba. Aduuh penasaran deh kayaknya enak bangeet.. cuma ada di Subang ya? Hehehe. Nanti kalau lewat sana mampir aah.
ReplyDeleteDuh saya jadi auto laper ini liat bubuy hayam gini, udah lama ga makan bubuy hayam, dulu kalau di garut sering makan bubuy hayam
ReplyDeleteMembayangkan daging ayamnya dipendam dalam sekam aja udah membuat pikiranku melayang, teh. Kayaknya enaaakkk. Jadi dia per ekor gitu ya, bukan porsi perorangan. Mengingat harus disekam 8 jam, wajar bila mereka mensyaratkan pemesanan satu hari sebelumnya. Tapi ini teteh ke sana spontan tanpa reservasi ya?
ReplyDeleteAku liat suasana saungnya rindaaanggg, terus rumah kang Eeng sekeluarga klasik gitu ya. Homey...
Wah, sudah lama denger bubuy ayam Ma Atik, tapi belum sempet mampir, hehehe. Kayaknya enak banget ya. Itu beneran di rumah gitu Kak?
ReplyDeletewah cara masaknya unik banget ya. aku belum pernah nyoba nih, tapi jauh banget tempatnya dr rumah ku :(
ReplyDeleteIni yang namanya inovasi kuliner, mencoba sesuatu yg belum banyak dilakukan pengusaha kuliner lainnya. Bubuy, namanya unik. Tempat jualannya juga nyempil, tapi cita rasa emang ga bohong ya. Meskipun nyempil di gang sempit pembeli datang dengan sendirinya. Mungkin karena uniknya ini kali ya mbak, ditanam dalam sekam hingga 8 jam wow banget. Trus dilihat dari penampakannya jufa sepertinya enak dan seger disajikan bareng es teh manis. Sayangnya jauh di Subang ya huhuhu. Satu hari dibatasi 30 porsi dan 1 porsi 130 ribu..bisa dihitung lah ya omset sebulannya ahahahha
ReplyDeleteKebayang sedap banget tuh. Moist, bumbunya meresap, dan wangi daun gosong, dudududu...syedap. Plus sambal tomat. Sip...Emang enaknya ya makan di tempat lah ya. Btw...ada medsosnya juga? Bisa pesen sebelumnya dong ya, trus kita ke sana udah jadi...
ReplyDeleteDuuuh...nikmat banget euy nampaknya.. Jadi pengen nyicip juga nih bubuy hayamnya. Eh awalnya saya bacanya bubur lhoh..haha... Makngkanya rada bingung bubur kok dimasak dalam sekam.. halaah ternyata mata saya yg siwer..hehe..
ReplyDeleteIni enak banget kayaknya ya mba.. emamg makanan yang dimasak dengan gaya tradisional pati akan beda rasanya lebih 'ngena'
ReplyDeleteAwalnya saya kira Bubur Ayam. Ternyata Bubuy Ayam, hihi... Jadi ingat Bubuy Bulan, wkwk...
ReplyDeleteMang Eeng sama kayak saya ih, ngga suka kalau bumbu-bumbu diblender. Mending ngulek aja, walau capek, tapi puas sama rasanya.
Pas baca judulnya aku pikir bubur ayam, ternyata pepes ayam. Ini sumpah harus dtng bangt deh, pasti enak krn aku penyuka ayam banget.
ReplyDeleteWaduh bukan singkong aja ya ya g di bubuy tapi ayam juga, hiks harus nyoba ini mah tapi itu tempatnya masuk gang segala ya? Dih jadi ngiler nih ngabayangin bubuy hayam wangi aroma daun kemangi.
ReplyDeleteKalau dipepes begini, penampilannya mirip bebek songkem yang dijual di Madura. Saking aja yang difoto sama Ceu Inna ini berupa ayam. Nampak ribet ya masaknya, Ceu? Mereka bersedia dipesan via Go-Food nggak sih?
ReplyDeleteYaa Allah pas banget baca ini pas belum sarapan jadi pengen makan siang menu ini haha tapi jauh :( Btw, unik banget masaknyaa yaa kak pasti rasanya enak banget deh
ReplyDeleteaduh ini kok selera aku banget sih ya. sudah pasti enak kalau dimasak cara ini. sayangnya di semarang belum ada nih. cari sekamnya di sini mungkin susah
ReplyDeleteAuto ngeces sih baca postingan ini haha. Aku Bari tau istilah buy yang artinya dipendam. Pastinya rasanya lebih menyerap yaa Mbak. Apalagi ada daun2an jugaa. Coba aja d Jakarta adaaa
ReplyDeleteHmm menarik deh nih, dekat pula di Subang... makasih infonya mbak:)
ReplyDeleteKalau dari proses pembuatannya ini terbilang unik, cukup penasaran gimana rasanya ya..
ReplyDeleteTapi agak disayangkan y.. lokasinya kurang strategis. Tampaknya menggambarkan home industri banget
Belum pernah coba ayam dimasak dengan vara disekamm, Mbak. Makanya baca cerita Mbak ini langsung penasaran hahaha.
ReplyDeletePantas saja masuk televisi ya, soalnya serba unik dan beda. Termasuk rumahnya yang nuansa tempo doeloe.
Itu kemasan yang dibawa pulang juga menarik. Rekomended ini kalau ke Subang, Mbak.
Lihat gambarnya bubuy hayam aja udah ngiler, apalagi makan..
ReplyDeleteDari cara memasaknya yg berada di dalam sekam pasti membuat citarasanya lebih nikmat
Pasti sedap bangett bubuy ayamnya. Jadi pengen tp jauh di Subang.
ReplyDeleteWaas itu model rumahnya bikin hangat hati. Dan ayamnya nampak lezat Tehhh
ReplyDeletePenasaran rasanya dimasak dalam sekam