Foto dari travel.kompas |
Masakan Bali menggunakan bumbu yang disebut basa genep. Basa genep adalah beraneka bumbu dapur tradisional yang wajib ada di setiap masakan Bali. Basa genep terdiri dari bawang merah, bawang putih, jahe, kencur, kunyit, cabai, sereh, lengkuas, terasi, dan garam. Ditambah rempah-rempah menjadi semakin nikmat, yaitu: kemiri, ketumbar, cengkeh, kapulaga, pala, dan kayu manis. Jeruk nipis kadang ditambahkan dalam masakan, Saat ditumis, aroma khas itu pasti langsung merebak. Saya menarik napas, aroma itu semakin kuat tercium.
"Ada orang Bali di sini?" Spontan saya bertanya. Ibu-ibu tetangga menggeleng, "Kenapa emangnya?" Saya jawab, "Kok saya mencium bau bumbu masakan Bali, ya?" Ibu-ibu itu melirik saya dengan heran. Mereka pikir, mungkin saya aneh barangkali. Wong enggak ada bau apa-apa, kok.
Mungkinkah ini karena saya sedang hamil? Saat itu saya mengandung anak kedua saya, Kk Rasyad. Usia kehamilan saya 6 bulan. Mungkinkah karena hamil saya jadi aneh begini? Jangan-jangan saya cuma berkhayal. Lho, berkhayal kok mencium bau? Hmm...aneh.
Selama hampir dua tahun tinggal di Denpasar, hari-hari saya selalu disertai dengan harumnya aroma basa genep dari para tetangga yang sedang memasak. Rumah kontrakan kami kecil, berhimpitan dengan tetangga, malah dapurnya bersebelahan juga. Wajar, suara ibu tetangga yang sedang memasak juga kerap kali terdengar. Harumnya masakan para ibu tetangga ini bisa memenuhi rumah saya seharian. Hmmm...bagi dong, Bu! #eh
Misteri aroma basa genep yang mengikuti saya sampai ke Bogor saya ceritakan pada suami. Anehnya, cuma saya sendiri saja yang 'diikuti' aroma ini. Padahal suami kan, sama-sama setiap hari mencium aroma basa genep juga. Jadi, memang ada yang salah dengan saya.
Sampai sekarang saya masih belum mengerti mengapa hanya saya yang mencium aroma basa genep itu. Menurut saya sih, karena rutin mencium aroma itu, otak saya jadi terbiasa. Aroma itu seolah wajib tercium oleh saya setiap hari. Dan, munculnya bau harum basa genep setiap pagi (meskipun tidak ada tetangga orang Bali di sekitar saya) adalah wujud rasa kangen dan kehilangan saya. Mungkin juga karena bawaan hamil. Orang hamil kan, lebih sensitif ya perasaannya. Rasa sedih meninggalkan Bali membuat saya selalu mencium aroma basa genep itu. Ahh...saya memang rindu Bali.
Aroma basa genep terus mengikuti saya. Saya tidak terganggu. Justru menikmatinya. Kadang saya menangis karena rasa rindu yang membuncah. Ingin rasanya kembali ke Denpasar. Menghirup aroma basa genep yang sesungguhnya. Bukan ilusi seperti ini.
Seiring waktu berjalan, saat saya sudah beradaptasi dengan lingkungan baru, aroma basa genep sudah tidak tercium lagi. Saya sudah menikmati menjadi warga Bogor dan tidak menginginkan kembali ke Denpasar (enggak mungkin juga kan, baru pindah kok sudah balik lagi).
Perlu waktu satu minggu untuk menghilangkan aroma basa genep dari kepala saya.Saya tidak menyesal pernah 'berhalusinasi' seperti itu. Suatu pengalaman yang menyenangkan. Mencium suatu aroma yang begitu dasyat. Aroma yang bisa melemparkan saya ke suatu tempat dan suatu masa. Ibarat mesin waktu.
Hingga saat ini, jika saya sedang berada di suatu tempat dan tiba-tiba saya mencium aroma basa genep, saya akan berhenti sejenak. Menikmati. Tidak peduli apakah itu aroma sungguhan atau khayalan. Saya akan melayang pergi, terbang ke pulau dewata.
"Tulisan ini diikutsertakan pada
Giveaway Cerita di Balik Aroma yang diadakan oleh Kaka Akin"
Mungkin karena sudah terbiasa makanya jadi tak terlupa, hehe
ReplyDeleteTerima kasih partisipasinya, Mbak, sduah tercatat sebagai perserta :)
Iya, betul. Karena sudah terbiasa, baunya jadi nempel terus.
ReplyDeleteMakasih juga, Kang Sofyan :)
Saya jadi penasaran dengan bau basa genep ini :D
ReplyDeleteTerima kasih sudah ikutan pada GA Cerita di Balik Aroma :)
Baunya sedap, enggak ada duanya, malah bisa bikin lapar :)
ReplyDeleteTerima kasih juga, Bu :)
bau2 rempah2 emang enak :)
ReplyDeletebetuulll...duh, harumnya begitu menggoda :D
ReplyDelete